Panggung Pertama

Permisi. Mau nulis dulu ya sebelum perasaannya menguap.

Huh-hah.

Kemarin mungkin bukan panggung pertama. Tapi kemarin adalah panggung pertama yang membuat aku berdiri sendirian. Panggung pertama yang aku pilih, bukan dipilihkan orang lain atau bagian dari prosedur yang wajib dijalani. Panggung pertama yang membuat perasaan naik turun lebay nggak karuan.

Dan btw, panggungnya nyaman sekali buatku. Dari sana aku nggak bisa melihat satu pun wajah. Praktis gelap. Yang ada cuma aku saja.

Terima kasih banyak banget buat Katri yang udah ngasih support buta. Terus juga nemenin padahal lagi kurang tidur dan banyak tugas makalah.

It may seems like ngono tok, but for me it’s a very personal achievement. A powerful intrinsic reinforcement. A moment of a lifetime.

Yeah. Kemarin aku membaca puisi di Petang Puisi VI-nya Teater Sastra :)

Setahun Menabung Rindu

Hari ini kutabung lagi sekeping rindu
lalu pelan kugoyang celengan itu
Nadanya nyaring menyusup kupingku,
“Krincing, krincing…”
Sudah banyak sekali
Hampir-hampir aku banting ayam lempung ini
Tapi kuingat pada sebuah janji

Di sana, sudah seberapakah tabunganmu?
Nyaringkah suaranya?
Berat?

Nanti setelah kita pecahkan
keping-keping rindu ini akan jadi milik bersama
Semoga cukup untuk membeli masa depan
buat berdua

Daaan merindu itu memang seperti menabung, butuh kesabaran. Tapi hei, jangan dihitung, tau-tau kita nanti dapat untung! :))

Published by

afina

the girl who struggle with the question, "Who am I?"

18 thoughts on “Panggung Pertama”

  1. “Apakah kamu masih menganggapnya apik setelah mengetahuinya? :’)” MUAHAHAHAHA wis apik kok fin buatan afina kan selalu terstempel “apik guarantee”

    Like

Leave me some words