Untuk yang Belum Bernama


a baby

Aku memang belum pernah bertemu denganmu, dan selalu kikuk saat menghadapi mereka-yang-semacam-kamu. Tapi begini. Aku ingin menyampaikan satu hal..

Nanti mungkin kamu tidak akan bersekolah.

Maksudku bersekolah yang semacam belajar di institusi massal bertembok berbangku itu lho.

Nah, mungkin kamu akan jengkel dengan keputusan ini. Mungkin kamu akan merasa, “Ah dia seenaknya saja mengatur hidupku! Padahal dulu dia sendiri menikmati masa-masa sekolah.” Aku bisa memprediksi hal ini karena pola yang sama muncul pada diriku dan kakekmu. Suatu senyawa kimia mungkin bertanggung jawab atas sifat rebel kita.

Tapi ya tidak papa. Toh aku akan tetap berkuasa atas dirimu yang nanti masih sangat lemah untuk memutuskan jalan hidup sendiri >:))

Bagaimanapun, percayalah padaku. Aku (dan nanti mungkin ‘kami’) akan memikirkannya baik-baik. Kamu akan tetap belajar banyak hal. Di tahun-tahun ini aku akan berusaha menggali kaitan-kaitan antara pelajaran di kelas dan kehidupan di rumah kita nanti. In syaa Allah.

Begini deh. Nanti kalau kamu sudah pintar membaca bahasa Inggris, kamu coba saja baca-baca artikel menarik di bawah ini:
– The Benefits of Unschooling: Report I from a Large Survey http://tinyurl.com/csljwxq
– Meet Kate Fridkis, Who Skipped K-12 and Is Neither Weird nor Homeless http://tinyurl.com/7padryj

Aku pun masih dalam proses mengumpulkan lebih banyak sumber, membaca lebih banyak teks, dan mendalami urusan pendidikan-sekolahan ini. Doakan aku agar tetap bersemangat sekaligus bersabar.

Sayang, aku hanya ingin menghargaimu sebagai manusia. Aku tidak ingin orang lain mengacuhkan namamu, menghimpunmu bersama dengan beratus-juta manusia lain, dan sekadar melabelimu sebagai ‘sumber daya’ untuk menggerakkan gerigi industri. Aku tidak ingin melihatmu berpayah-payah memenuhi standar seragam yang ditetapkan untuk seluruh pembelajar di wilayah negara ini. Aku ingin kita perlahan meniti jalan baik-baik, mendiskusikan mana yang penting disajikan di atas meja dan mana yang lebih baik kita lewati saja. Aku ingin kamu sungguh-sungguh belajar, dalam makna paling mendasarnya.

Sebenarnya rencana ini pun masih terasa amat muluk bagiku yang kerdil. Mungkin di tengah jalan pikiranku juga akan berubah. Mungkin bangsa dan dunia ini akan berubah. Mungkin. Kemungkinan selalu muncul, sayang. Aku suka membayangkannya sebagai seseorang yang diam-diam berjalan di belakang dan melemparkan bola beraneka warna ke jalan di depan kita. Lalu ketika kita menoleh padanya, ia akan menyembunyikan tangan, bersiul-siul. Pura-pura tidak tahu.

Yasudah. Itu saja dulu ya. Sampai jumpa. :)

Hanya secuil visiku tentang pendidikan di masa depan. Bismillah.

Published by

afina

the girl who struggle with the question, "Who am I?"

10 thoughts on “Untuk yang Belum Bernama”

Leave me some words