“Atas Nama Kemanusiaan!”


Duh.

Dalam memperjuangkan suatu urusan, apakah kita perlu mengadunya dengan urusan lain?

Jika kita sepaham bahwa hak asasi manusia adalah hal yang penting untuk diperjuangkan, untuk apa sih memandang rendah urusan HAM lain yang diperjuangkan orang lain?

Lalu ada yang begini..

tweet ulil

Hm. Sepemahamanku, setiap orang memang berempati dengan ‘selektif’. Lha setiap hari saja kita memang mencurahkan perhatian kita secara selektif kok. Coba bayangkan kalau kita tidak punya kemampuan seleksi itu. Penuh distraksi. Tidak akan ada yang benar-benar bisa kita kerjakan.

Seseorang pernah berkata padaku bahwa sebenarnya tidak ada yang dinamakan orang apatis. Hanya saja masing-masing punya prioritasnya masing-masing, punya muara kepeduliannya masing-masing. Kalaupun ada yang dinamakan orang apatis, maka sesungguhnya semua orang adalah apatis untuk urusan tertentu. Ada yang apatis terhadap persoalan pedagang stasiun, ada juga yang apatis terhadap perhelatan konser jazz di kampus.

Kita memilih perjuangan dengan keyakinan bahwa urusan yang kita bela memiliki derajat kepentingan yang tinggi. Orang lain pun begitu. Anehkah jika persepsi kepentingan yang kita miliki beragam?

Aih. Maaf ya. Hal semacam ini agaknya tidak seberapa perlu dibahas. Yang lebih banyak diperlukan dunia adalah tangan kita yang bekerja.

Bagaimana menurutmu, kawan? Luruskanlah aku jika menurutmu salah.